THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Sabtu, 27 November 2010

klasifikasi alat penangkapan

1 / 11

Trawl (PUKAT HARIMAU)

I. Deskripsi

Tidak diketahui dengan pasti alat tangkap ini berasal dari mana. Namun, banyak para ahli mengatakan bahwa alat tangkap ini termasuk alat tangkap yang sudah lama digunakan di Eropa Barat dan banyak digunakan di daerah pantai dan lepas pantai. Pada abad ke-16 dan ke-17 di sepanjang perairan pantai Perancis, alat ini telah berkembang walaupun pada mulanya hanya_ ditarik dengan menggunakan perahu layar
Setelah mesin-mesin berkembang, maka trawl juga semakin berkembang dan terjadi perpindahan teknologi dari Eropa Barat ke seluruh dunia dengan berbagai modifikasi. Seiring dengan itu, beberapa negara seperti Jerman mengembangkan kapal-kapal trawlnya mulai dari tahun 1885-sampai sekarang .
Alat tangkap trawl mulai dimodifikasi dari yang sederhana sampai yang lebih maju. Di Indonesia, pada tahun tujuh puluhan alat ini telah memberikan sumbangsih yang sangat besar dalam peningkatan produksi perikanan laut khususnya udang.Namun, karena berbagai dampak negatif yang ditimbulkan terutama terhadap kelestarian sumber daya ikan dan pencaharian dengan nelayan tradisional sehingga berdasarkan Kepres no. 39 tahun 1980 penangkapan ikan dengan trawl di Indonesia dilarang. Sejak saat itu trawl hanya boleh dioperasikan oleh kapal-kapal peneliti. Dengan melakukan modifikasi pada kantong, trawl dapat dioperasikan di beberapa perairan seperti laut Arafuru, khususnya untuk penangkapan udang, yang dikenal dengan nama trawl udang.
Kata “Trawl” sendiri berasal dari bahasa Perancis “troler” dan kata “trailing” adalah dalam bahasa Inggris,mempunyai arti yang bersamaan, dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan kata “tarik” ataupun “mengelilingi seraya menarik”. Ada yang menerjemahkan “trawl” dengan “jaring tarik”, tetapi karena hampir semua jaring dalam operasinya mengalami perlakuan tarik ataupun ditarik, maka ‘agar tidak membingungkan clan selama belum ada ketentuan resmi mengenai peristilahan dari yang berwewenang, dalam uraian selanjutnya kita gunakan kata “trawl” saja

Selanjutnya, Ayodhyoa (1981) mengemukakan bahwa dari kata ‘Trawl’ lahir kata rawling yang berarti “kerja melakukan operasi penangkapan ikan dengan trawl”, dan kata trawler yang berarti “kapal yang melakukan trawling”. Umumnya jaring terdiri dari kantong (codend) yang berbentuk empat persegi ataupun kerucut, dua lembar sayap (wing), dihubungkan dengan tali penarik (warp). Jaring ini ditarik horizontal di dalam air karena mendapat/ menerima tahanan dari air mulut jaring terbuka; keadaan ini diusahakan agar tetap terpelihara selama operasi dilakukan. Dalam mulut jaring yang dibatasi oleh head rope dan ground rope ini diharapkan agar ikan-ikan dan makhluk lain yang menjadi tujuan penangkapan dapat masuk bersama air yang tersaring, dengan perkataan lain ikan-ikan dapat tertangkap. Dengan demikian, jaring bergerak aktif dan mengusahakan (dengan ditarik) agar ikan-ikan masuk ke dalam mulutnya.
Semakin banyak air yang dapat tersaring, atau luas mulut jaring yang maksimum akan menjadikan jumlah volume air yang tersaring selama waktu penarikan menjadi lebih besar jumlahnya, lalu hendaklah pula volume air ini diusahakan semaksimum mungkin, sehingga jumlah tangkapan dapat sebanyak mungkin.
Supaya mulut jaring terbuka selama operasi, ditempuh cara – cara sebagai berikut:
o menggunakan beam pada mulut jaring (beam trawl);
o jaring ditarik oleh dua kapal yang berlayar sejajar, dan jarak antara satu kapal dengan kapallainnya tertentu dan selalu sarna selama waktu penarikan, dan dengan kecepatan yang sarna (paranzela two boat trawling).
o Otter board
II. Jenis-Jenis Trawl
Berdasarkan letak jaring- dalam air selama dilakukan operasi penangkapan ikan, trawl dapat dibedakan atas :
1. Surface trawl (floating trawl), yaitu trawl yang dioperasikan pada permukaan air.
Jaring ditarik dekat permukaan air, dan ditujukan pada ikan¬ ikan yang beruaya pada permukaan air (surfase water). Pada kenyataannya, operasi jenis-jenis trawl ini banyak mengalami kesukaran, sebabnya antara lain ialah pada umumnya jenis-jenis
ikan yang beruaya pad a permukaan air termasuk ikan-ikan yang “good swimmer”. Dengan demikian, haruslah jaring ditarik dengan cepat, dan kecepatan tarik ini harus lebih besar dari swimming speed yang dipunyai ikan yang akan ditangkap. Akibat dari hal ini, kita akan memperoleh resistance yang besar, yang selanjutnya menghendaki HP kapal yang besar. Oleh sebab itulah, surface trawl bertujuan menangkap ikan yang terbatas pada ikan-ikan kedl yang lambat swimming speednya.
2. Mid Water Trawl yaitu trawl yang dioperasikan antara permukaan dan dasar perairan. Jaring ditarik pada depth tertentu secara horizontal, pada depth mana diduga metupakan swimming layer dari ikan-ikan yang menjadi tujuan penangkapan. Untuk menjaga agar mulut jaring tetap terbuka dan selalu berada dalam depth yang dimaksud, selama masa penarikan yang dilakukan dengan kecepatan tertentu, tentulah menghendaki perhitungan-perhitungan yang rumit dan teliti. Secara komersial, midwater trawl telah digunakan untuk menangkap herring di negara-negara Eropa Utara, Kanada dan lain-lain. Sedang untuk Jepang masih dalam taraf penelitian dan percobaan.
3. Bottom Trawl yaitu trawl yang dioperasikan di dasar perairan.
Jenis ini mentapakan jenis yang paling umum. Dengan “trawl” sering langsung diartikan “botttom trawl”. Jaring ini ditarik pada dasar / dekat dasar laut, dengan demikian ikan yang menjadi tujuan penangkapan ialah ikan-ikan dasar (bottom fish) ataupun demersal fish. Termasuk juga disini udang-udangan dan kerang-kerangan. Pad a kenyataannya, sering juga tertangkap ikan-ikan surface yang diduga masuk jaring ketika jaring sedang di tarik naik.
Karena jaring ditarik pada daerah dasar laut, maka perlulah dasar laut tersebut ten;;liri dari pasir ataupun lumpur, tidak berkarang, tidak terdapat benda-benda yang mungkin menyangkut ketika jaring ditarik, misalnya kapal yang tenggelam, bekas¬ bekas tiang, dan lain-lain, dasar mendatar, tidak terdapat perbedaan depth yang sangat menyolok. Jika kita simpulkan, syarat-syarat fishing ground bagi bottom trawl ini, antara lain sebagai berikut.
o Dasar fishing ground terdiri dari pasir,lumpur, ataupun campuran pasir. dan lumpur.

o Kecepatan arus pada midwater tidak besar (di bawah 3 knot) juga kecepatan arus pasang tidak seberapa besar.
o Kondisi cuaca, laut (arus, top an, gelombang, dan lain-lain) memungkinkan keamanan operasi.
o Perubahan milieu oseanografis terhadap mak~luk-makhluk dasar laut relatif kecil dengan perkataan lain kontinuitas resources terjamin untuk diusahakan terus menerus.
o Perairan mempunyai daya produktivitas yang besar serta resources yang melimpah.
Berdasarkan segi operasinya dikenal ada tiga jenis trawl, yaitu sebagaiI berikut.
1. Side trawl, yaitu trawl yang pada waktu operasinya ditarik pada sisi kapal.
2. Stern trawl, yaitu trawl yang ditarik pada bagian belakang kapal.
3. Double rig trawl, yaitu trawl yang ditarik melalui dua rigger yang dipasang pada kedua lambung kapal.
Di dalam prakteknya, kapal-kapal trawl cenderung lebih banyak memakai cara stern trawl sungguh pun kapal-kapal side trawl masih ada juga yang beroperasi.
Jika dibandingkan an tara side trawl dengan stern trawl, maka akan kita peroleh gambaran sebagai berikut.
a. Stern trawl tidak banyak dipengaruhi oleh angin dan gelombang.
Kita dapat melepas jaring tanpa terpengaruh oleh angin, arus dan gelombang. Kita tidak perlu memutar letak badan kapal ataupun drift bersama arus dulu baru melepas jaring seperti halnya pada side trawl.
b. Pada stern trawl warp berada lurus pada garis haluan-buritan, sehingga tenaga trawl winch akan menghasilkan daya guna yang maksimal. Sedang pada side trawl warp ditarik melalui beberapa roller, yang berakibat sebagian tenaga akan hilang pada roller tersebut.
c. Akibat (b), maka pekerjaan melepas/menarik (shooting/haul¬ ing) dari jaring akan memerlukan waktu yang lebih sedikit, artinya waktu untuk jaring berada dalam air (beroperasi) akan lebih banyak. Hal ini juga mengakibatkan jumlah operasi akan lebih banyak.
d. Pada stern trawl, akibat dari screw current, jaring akan segera hanyut. Oemikian pula otter board, segera setelah dilepas akan terus membuka. Pada side trawl, tenaga current tidak bermanfaat bagi pembukaan/hanyutnya jaring.
e. Karena letak jaringakan searah dengan garis haluan-buritan, maka di daerah fishing ground yang sempit sekalipun operasi masih mungkin dilakukan. Oengan perkataan lain, posisi jaring sehubungan dengan gerakan kapal lebih mudah diduga, tidak demikian halnya bagi side trawl.
f. Trawl winch pad a stern trawl terpelihara dari pengaruh angin dan gelombang sehinngga dalam suasana cuaca buruk sekalipun, operasi masih dapat dilakukan dengan mudah.
g. Pada stern trawl, pad a waktu hauling ikan-ikan yang berada di cud end tidak manjadikan beban bagi seluruh jaring, karena cod end tersendiri ditarik melalui slip way, dengan demikian jaring dapat terpelihara, dan lain-lain.
Sungguh pun demikian masih ada hal-hal yang perlu diperhatikan yang sedikit banyak mengurangi efisiensi kerja, antara lain sebagai berikut.
a. Adanya slip way membuat gelombang dapat memasuki dek di buritan, terutama jika kapal dalam keadaan pitching. Hal ini mengganggu pekerjaan di dek.
b. Pemilihan ikan (jenis besar) masih harus dikerjakan oleh tangan manusia.
Berdasarkan jumlah kapal yang digunakan untuk menarik
trawl, maka trawl dapat dibagi atas: \j
1. One boat trawl, yaitu trawl yang di tarik dengan sebuah kapal.
2. Two boat trawl, yaitu trawl yang ditarik oleh dua buah kapal (Gambar 8.5)
Berdasarkan penggunaan alat untuk membuka mulut jaring dikenal: ,.j
1. Bean trawl, yaitu trawl yang menggunakan bean (pentangan).
2. Otter trawl, yaitu trawl yang menggunakan otter bo”ard untuk membuka mulut jaring.
Lama kelamaan dengan meluasnya daerah operasi, dengan sendirinya menghendaki jaring dan kapal yang lebih besar, maka dengan menggunakan beam dianggap tidak sesuai lagi dan untuk membuka mulut jaring orang lebih banyak menggunakan otter board.

III. Teknik Operasi Penangkapan

o Kecepatan dan Lama Waktu Menarik Jaring
Adalah ideal jika jaring dapat ditarik dengan kecep9-tan yang besar, tetapi hal ini sukar untuk mencapainya, karena dihadapkan kepada beberapa hal, antara lain keadaan terbukanya mulut jaring, apakah jaring berada di air sesuai dengan yang dimaksudkan (bentuk terbukanya); kekuatan kapal untuk menarik (HP); ketahanan jaring terhadap tahanan air, resistance yang makin membesar sehubungan dengan catch yang semakin bertambah, dan lain-lain. Faktor-faktor ini berhubungan satu sarna lainnya dan masing¬ masing menghendaki syarat-syarat tersendiri.
Pada umumnya jaring ditarik dengan kecepatan 3 -4 knot. Kecepatan ini pun berhubungan pula dengan swimming speed dari ikan, keadaan dasar laut, arus, angin, gelombang dan lain-lain. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor ini, kecepatan tarik dapat ditentukan.
Lama waktu penarikan didasarkan kepada pengalaman¬ pengalaman dan faktor yang perlu dipikirkan ialah banyak sedikitnya ikan yang diduga akan tertangkap, pekerjaan di dek, jam kerja crew dan lain-lain sebagainya. Pacia umumnya waktu penarikan berkisar sekitar 3 – 4 jam, dan kadang kala hanya memerlukan waktu 1 ¬ 2 jam.
o Panjang Warp
Faktor-faktor yang perlu dipikirkan ialah depth, sifat dasar perairan (pasir, lumpur), dan kecepatan tarik. Biasanya, panjang warp sekitar 3 – 4 kali depth. Pada fishing ground yang depth-nya sekitar 9 meter (depth minimum), panjang warp sekitar 6 – 7 kali depth. Jika dasar laut adalah lumpur, maka ada baiknya jika warp diperpendek. Sebaliknya, bagi dasar laut yang terdiri dari pasir keras (kerikil), baik jika warp diperpanjang.
Pengalaman menunjukkan bahwa pada depth yang sarna dari sesuatu fishing ground, adalah lebih baik jika digunakan warp yang agak panjang dari pada yang terlalu pendek. Hal ini dapat dipikirkan sebagai berikut. Bentuk warp pada sa at penarikan tidaklah akan lurus, tetapi merupakan suatu garis catenarian. Pada setiap titik pad a warp akan bekerja gaya-gaya berat dari warp itu sendiri, gaya resistance dari air, gaya tarik dari kapal/winch, gaya ke samping dari otter board, dan gaya-gaya lainnya. Resultante dari seluruh gaya-gaya yang complicated ini ditularkan ke jaring (head rope dan ground rope),dan dari sini gaya-gaya ini rnengenai seluruh tubuh jaring. Pada head rope bekerja bouyancy terhadap air dan lain-lain sebagainya, dan pada ground rope bekerja gaya resistance dari bottom yang berubah-ubah, gaya berat dari catch yang -berubah¬ ubah sernakin rnernbesar, dan gaya-gaya lain.
Gaya tarik kapal bekerja pada warp, beda kerja yang diterirna kapal kadang kala menyebabkan gerak kapal tidak stabil, dernikian pula kapal sendiri terkena oleh gaya-gaya luar (arus, angin, dan gelombang) ..
Diharapkan agar mulut jaring terbuka rnaksirnal, bergerak horizontal pada dasar ataupun pada sesuatu depth tertentu. Gaya tarik yang berubah-ubah, resistance yang berubah-ubah , rnenyebabkan jaring naik turun ataupun bergerak ke kanan dan ke kiri. Rentang yang diakibatkannya, haruslah selalu berirnbang. Warp terlalu pendek, pada kecepatan lebih besar dari batas tertentu akan menyebabkan jaring bergerak naik ke atas (tidak mencecah dasar), warp terlalu panjang dengan kecepatan di bawah batas tertentu akan menyebabkan jaring mengeruk lurnpur. Daya tarik kapal (Hp dari winch) diketahui terbatas. Oleh sebab itu haruslah diperoleh suatu range dari nilai beban yang optimal.
Apa yang terjadi pada saat operasi penarikan, pada hakekatnya adalah rnerupakan suatu keseirnbangan dari gaya-gaya yang com¬ plicated jika dihitung satu sarna lain.

IV. Beberapa Pemikiran dalam Menentukan Jenis Trawl
Beberapa pendapat akan timbul dalam menentukan jenis trawl yang bagaimana yang akan digunakan. Segi pandangan yang berbeda-beda dan faktor-faktor yang dianggap penting yang berbeda¬ beda akan menyebabkan tekanan terhadap hasil utama yang diharapkan dari gear akan berbeda pula. (Ayodhyoa, 1981) Akan tetapi, biar bagaimanapun simpang siurnya pendapat, yang dengan argumentasi yang beraneka ragam, pada hakikatnya akan selalu menghendaki suatu trawl yang efisien untuk sesuatu type fishing di sesuatu fishing ground. Dalam menentukan dimensi dari trawl, ada beberapa faktor yang perlu diperhitungkan, antara lain:
a. Beradanya ikan yang menjadi tujuan penangkapan pada suatu fishing ground yang dimaksud. Hal ini akan menyangkut hasil dari reseources survey. Catch/haul, catch/day, catch/trip, komposisi catch yang diperoleh, bulan demi bulan, musim demi musim dan lain sebagainya akan dapat memberikan gambaran tentang skala usaha.
b. Material dan konstuksi jaring yang sesuai. Ketahanan material dimensi trawl, sehubungan dengan kondisi perairan dalam jangka waktu musim operasi, perubahan-perubahan kondisi perairan arus, an gin, gelombang dll) akan memberikan pengaruh baik pada ketahanan jaring ataupun konstruksi dari jaring yang akan dibuat.
c. Penyesuaian gear terhadap daya kapal yang akan digunakan.
Navigable area, daya tarik maksimum, volume PH. FOT, kekuatan winch.
d. Perlengkapan handling yang diperlukan sesuili dengan jenis ikan yang berada di fishing ground tersebut. Apakah ikan yang tertangkap akan di es, dibekukan, dijadikan tepung dan lain¬ lain.
e. Keahlian skipper dan crew dari kapal yang akan dipergunakan.
Sulitlah mengukur keahlian sese orang, petunjuk dapat dilakukan dengan melihat pendidikan dan pengalaman yang dimiliki. Semakin complicated alat-alat yang dipergunakan, tentulah diperlukan keahlian dan ketelitian yang lebih besar.
f. Perlengkapan tambahan yang memungkinkan efisiensi kerja (fish finder, winch, dan lain-lain). Handling dari alat-alat ini, keahlian crew dalam mempergunakan alat ini sesuai dengan waktu dan kondisi, timing dalam menggunakan, akan menghasilkan efisien yang lebih baik.
V. Jenis-Jenis Ikan yang Tertangkap
Tujuan penangkapan pada bottom trawl ialah ikan-ikan dasar (bottom fish) ataupun demersal fish, termasuk juga jenis-jenis udang (shrimp trawl, double rig shrimp trawl) dan juga jenis-jenis kerang. Dikatakan untuk perairan Laut Jawa, komposisi catch antara lain terdiri dari jenis-jenis ikan petek, kuniran, manyung, utik, ngangas, bawal, tigawaja, pulamah, kerong-kerong, petik, sumbal, layur, remang, kembung, cumi-cumi, kepiting, rajungan, cucut, dan lain¬ lain.
Catch yang dominan untuk suatu fishing ground akan mempengaruhi skala usaha, yang kelanjutannya akan menentukan besar kapal dan gear yang akan dioperasikan. Akan tetapi, jika menggunakan surface trawl tentu ikan-ikan pelagis akan menjadi hasil tangkapan utama, terutama kecepatan renangnya tidak seberapa kuat.
VI. Hal-Hal Lain
Pada saat operasi, sering terjadi hal-hal yang dapat menggagalkan
operasi antara lain dapat disebutkan:
o Karena warp terlalu panjang ataupun speed terlalu lambat atau juga hal-hal lain, maka jaring akan mengeruk lumpur.
o Jaring tersangkut pada karang atau bangkai kapal.
o Jaring ataupun tali temali tergulung pada screw,.


mengenal alat penangkapan

1. Pukat Udang (Shrimp Trawl)

Pukat udang adalah jenis jaring berbentuk kantong dengan sasaran tangkapannya udang. Jaring dilengkapi sepasang (2 buah) papan pembuka mulut jaring (otter board) dan Turtle Excluder Device/TED, tujuan utamanya untuk menangkap udang dan ikan dasar (demersal), yang dalam pengoperasiannya menyapu dasar perairan dan hanya boleh ditarik oleh satu kapal motor.

2. Pukat Ikan (Fish Net)

Pukat Ikan atau Fish Net adalah jenis penangkap ikan berbentuk kantong bersayap yang dalam operasinya dilengkapi (2 buah) papan pembuka mulut (otter board), tujuan utamanya untuk menangkap ikan perairan pertengahan (mid water) dan ikan perairan dasar (demersal), yang dalam pengoperasiannya ditarik melayang di atas dasar hanya oleh 1 (satu) buah kapal bermotor.

3. Pukat Kantong (Seine Net)

Pukat Kantong adalah alat penangkapan ikan berbentuk kantong yg terbuat dari jaring & terdiri dari 2 (dua) bagian sayap, badan dan kantong jaring. Bagian sayap pukat kantong (seine net) lebih panjang dari pada bagian sayap pukat tarik (trawl). Alat tangkap ini digunakan untuk menangkap berbagai jenis ikan pelagis, dan demersal. Pukat Kantong terdiri dari Payang, Dogol dan Pukat Pantai.

4. Pukat Cincin (Purse Seine)

Pukat cincin atau jaring lingkar (purse seine) adalah jenis jaring penangkap ikan berbentuk empat persegi panjang atau trapesium, dilengkapi dengan tali kolor yang dilewatkan melalui cincin yang diikatkan pada bagian bawah jaring (tali ris bawah), sehingga dengan menarik tali kolor bagian bawah jaring dapat dikuncupkan sehingga gerombolan ikan terkurung di dalam jaring.

  1. ]aring Insang (Gillnet)


Jaring insang adalah alat penangkapan ikan berbentuk lembaran jaring empat persegi panjang, yang mempunyai ukuran mata jaring merata. Lembaran jaring dilengkapi dengan sejumlah pelampung pada tali ris atas dan sejumlah pemberat pada tali ris bawah. Ada beberapa gill net yang mempunyai penguat bawah (srampat/selvedge) terbuat dari saran sebagai pengganti pemberat. Tinggi jaring insang permukaan 5-15 meter & bentuk gill net empat persegi panjang atau trapesium terbalik, tinggi jaring insang pertengahan 5-10 meter dan bentuk gill net empat persegi panjang serta tinggi jaring insang dasar 1-3 meter dan bentuk gill net empat persegi panjang atau trapesium. Bentuk gill net tergantung dari panjang tali ris atas dan bawah.

  1. Jaring Angkat (Lift Net)

Jaring angkat adalah alat penangkapan ikan berbentuk lembaran jaring persegi panjang atau bujur sangkar yang direntangkn atau dibentangkan dengan menggunakn kerangka dari batang kayu atau bambu (bingkai kantong jaring) sehingga jaring angkat membentuk kantong.

7. Pancing (Hook and Lines)


Pancing adalah alat penangkapan ikan yang terdiri dari sejumlah utas tali dan sejumlah pancing. Setiap pancing menggunakan umpan atau tanpa umpan, baik umpan alami ataupun umpan buatan. Alat penangkapan ikan yang termasuk dalam klasifikasi pancing, yaitu rawai (long line) dan pancing.

8. Perangkap (Traps)

Perangkap adalah alat penangkapan ikan berbagai bentuk yang terbuat dari jaring, bambu, kayu dan besi, yangg dipasang secara tetap di dasar perairan atau secara portable (dapat dipindahkan) selama jangka waktu tertentu. Umumnya ikan demersal terperangkap atau tertangkap secara alami tanpa cara penangkapan khusus.

9. Alat Pengumpul Rumput Laut (Sea Weed Colector)


Alat pengumpul rumput laut adalah alat yg digunakan untuk mengambil dan mengumpulkan rumput laut, terdiri dari pisau, sabit dan alat penggaruk. Pengumpulannya dilakukan dengan menggunakan tangan dan pisau atau sabit sebagai alat pemotong dan alat penggaruk sebagai alat pengumpul rumput laut. Hasil potongan rumput laut dimasukkan ke dalam keranjang.

10. Muroami

Muroami adalah alat penangkapan ikan berbentuk kantong yg terbuat dari jaring dan terdiri dari 2 (dua) bagian sayap yg panjang, badan dan kantong jaring (cod end). Pemasangannya dng cara menenggelamkan muroami yang dipasang menetap menggunakan jangkar. Pada setiap ujung bagian sayap serta di sisi atas kedua bagian sayap dan mulut jaring dipasang pelampung bertali panjang. Untuk menarik jaring ke arah belakang, menggunakan sejumlah perahu/kapal yg diikatkan pd bagian badan dajn kantong jaring. Muroami dipasang di daerah perairan karang untuk menangkap ikan-ikan karang.

11. Alat Tangkap Lain-Lain (Others)

Lain-lain adalah alat penangkap ikan lainnya yang belum termasuk dalam klasifikasi alat penangkap ikan di atas.

MENGENAL PUKAT HELA


A. Dasar Hukum

Dasar hukum pengoperasian Pukat Hela adalah Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor. PER.06/MEN/2008 Tentang Penggunaan Alat Penangkap Ikan Pukat Hela Di Perairan Kalimantan Timur Bagian Utara.

Kebijakan penggunaan Pukat Hela ini yaitu :

1. Dalam rangka optimalisasi pemanfaatan sumber daya ikan secara lestari, meningkatkan kesejahteraan nelayan, dan memperkuat keberadaan masyarakat nelayan di perairan Kalimantan Timur bagian utara, diperlukan penggunaan alat penangkapan ikan yang sesuai dengan karakteristik dan/atau kondisi geografis wilayah perairan Kalimantan Timur bagian utara;

2. Bahwa alat penangkapan ikan Pukat Hela merupakan alat penangkapan ikan yang sesuai dengan karakteristik dan/atau kondisi geografis wilayah perairan Kalimantan Timur bagian utara;

B. Definisi / Pengertian

Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor. PER.06/MEN/2008 Tentang Penggunaan Alat Penangkap Ikan Pukat Hela Di Perairan Kalimantan Timur Bagian Utara Pukat Hela adalah semua jenis alat penangkapan ikan berbentuk jaring berkantong, berbadan dan bersayap yang dilengkapi dengan pembuka jaring yang dioperasikan dengan cara ditarik/dihela menggunakan satu kapal yang bergerak sedangkan Kapal Pukat Hela adalah kapal penangkap ikan yang menggunakan alat penangkapan ikan pukat hela.

Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI 01-7233-2006) definisi Pukat Hela adalah alat penangkap ikan berbentuk kantong yang terbuat dari jaring dan terdiri dari 2 (dua) bagian sayap pukat, bagian square dan bagian badan serta bagian kantong pukat.

C. Klasifikasi

Pukat Hela termasuk dalam klasifikasi pukat hela dasar berpapan (bottom otter board trawl) dengan menggunakan simbol OTB dan berkode ISSCFG 03.1.2, sesuai dengan International Standard Statistical Classification of Fishing Gears – FAO.

D. Spesifikasi Alat Tangkap

Spesifikasi Pukat Hela terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut :

1. Sayap/kaki pukat (wing) bagian pukat yang terletak di ujung depan dari pukat hela arad. Sayap pukat terdiri dari sayap atas (upper wing) dan sayap bawah (lower wing).

2. Medan jaring atas (square) bagian pukat yang menjorok ke depan pada bagian mulut pukat atas. Square merupakan selisih antara panjang sayap bawah dengan sayap atas

3. Badan pukat (body) bagian pukat yang terletak di antara bagian kantong dan bagian sayap pukat

4. Kantong jaring (cod end) bagian pukat yang terpendek dan terletak di ujung belakang dari pukat hela.

5. Panjang total jaring hasil penjumlahan dari panjang bagian sayap/kaki, bagian badan dan bagian kantong pukat (

6. Keliling mulut jaring (circumference of the net mouth) bagian badan pukat yang terbesar dan terletak di ujung depan dari bagian badan pukat

7. Papan rentang (otter board) kelengkapan pukat hela arad yang terbuat dari papan kayu berbentuk empat persegi panjang, yang dipergunakan sebagai alat pembuka mulut pukat

8. Tali ris atas (head rope) tali yang berfungsi untuk menggantungkan dan menghubungkan kedua sayap pukat bagian atas, melalui bagian square

9. Tali ris bawah (ground rope) tali yang berfungsi untuk menghubungkan kedua sayap pukat bagian bawah, melalui mulut pukat bagian bawah

10. Tali selambar (warp rope) tali yang berfungsi sebagai penghela Pukat Hela di belakang kapal yang sedang berjalan dan penarik pukat hela arad ke atas geladak kapal

11. Panel jaring (seam) lembaran susunan konstruksi jaring yang dapat dibedakan dalam gambar desain pukat hela arad, yang terdiri dari 2 (dua) panel (seam) jaring, yaitu 1 (satu) panel atas (upper seam) dan 1 (satu) panel bawah (lower seam).

Gambar 1. Spesifikasi Teknis Pukat Hela Zona I

Gambar 2. Spesifikasi Teknis Pukat Hela Zona II

E. Daerah Penangkapan

Daerah penangkapan atau pengoperasian Kapal Pukat Hela hanya di perairan yang membentang dari perairan Kalimantan Timur bagian utara adalah perairan yang membentang dari perairan Kabupaten Tarakan dengan koordinat 3º 10’ L.U. sampai dengan perairan terluar pulau Sebatik.

Jalur-jalur penangkapan yaitu Jalur I, meliputi perairan di atas 1 (satu) mil sampai dengan 4 (empat) mil yang diukur dari permukaan air pada surut terendah yang hanya diperbolehkan bagi pengoperasian kapal pukat hela dengan ukuran sampai dengan 5 (lima) gross tonnage (GT).

Dan Jalur II, meliputi perairan di atas 4 (empat) mil sampai dengan 12 (dua belas) mil yang diukur dari permukaan air pada surut terendah yang hanya diperbolehkan bagi pengoperasian kapal pukat hela dengan ukuran sampai dengan 30 (tiga puluh) GT.

Setiap Kapal Pukat Hela yang wilayah operasinya di jalur I dapat beroperasi di jalur II dan/atau di atas 12 (dua belas) mil, dan kapal pukat hela yang wilayah operasinya di jalur II dapat beroperasi di atas 12 (dua belas) mil. Dan sebaliknya Setiap kapal pukat hela yang wilayah operasinya di jalur II dilarang beroperasi di jalur I.

F. Pangkalan Kapal

Setiap Kapal Pukat Hela wajib mendaratkan ikan hasil tangkapannya di pelabuhan Pangkalan meliputi:

1. Pangkalan Pendaratan Ikan Sebatik;

2. Pangkalan Pendaratan Ikan Pulau Bunyu;

3. Pelabuhan Perikanan Pantai Tarakan; atau

4. Pelabuhan Perikanan Mansapa-Nunukan.

G. Nelayan Pukat Hela

Nelayan yang melakukan kegiatan penangkapan ikan dengan Pukat Hela hanya dapat dilakukan oleh nelayan atau badan hukum Indonesia yang berdomisili di Provinsi Kalimantan Timur pada Kabupaten Nunukan, Kabupaten Bulungan, Kabupaten Tana Tidung atau Kota Tarakan.

H. Penandaan Pukat Hela

Setiap Kapal Pukat Hela yang beroperasi di Perairan Kalimantan Timur bagian utara wajib dilakukan penandaan kapal oleh pemilik kapal dengan ketentuan :

1. Bahan terbuat dari plat besi atau baja dengan ukuran panjang, lebar, dan tebal adalah 50 (lima puluh) cm, 10 (sepuluh) cm, dan 0.1 (satu per sepuluh) cm;

2. Ukuran huruf dan angka adalah tinggi 8 (delapan) cm dan lebar 4 (empat) cm;

3. Ditulis dengan huruf dan angka timbul;

4. Dicat warna dasar putih dengan huruf warna hitam;

5. Tanda kapal dipasang pada lambung bagian samping kapal atau bangunan atas atau di atas dek melintang kapal.

Contoh Penandaan pada Kapal Pukat Hela :

TR-PH-II-001 - NN-PH-II-001 - BL-PH-II-001 –

TT-PH-II-001

Keterangan :

TR/NN/BL/TT : Kode Kabupaten Tarakan/Nunukan/Bulungan/Tana Tidung, PH : Kode Alat Penangkap Ikan Pukat Hela, I/II : Kode Jalur Penangkapan, dan 001;002;…. dst : Nomor Register dari Kabupaten/Kota.

I. Metode dan Teknik Pengoperasian

Pukat Hela dengan kelengkapan alat pembuka mulut jaring dioperasikan menyelusuri dasar perairan yang dihela di belakang perahu/kapal yang sedang berjalan. Penghelaan Pukat Hela dengan kecepatan hela sekitar 1-2 knot selama 1-2 jam operasi. Kelengkapan pukat hela arad yang berupa papan rentang (otter board) digunakan sebagai alat pembuka mulut pukat.

Pengoperasian Pukat Hela dilakukan dengan menghela di belakang perahu/kapal yang sedang berjalan (secara penghelaan). Pukat Hela adalah alat tangkap yang aktif, dimana kapal yang menarik alat tangkap bergerak mengejar ikan sehingga masuk kedalam mulut jaring. Oleh karena itu kecepatan kapal dalam menarik alat tangkap pada umumnya adalah lebih besar dari kecepatan renang rata-rata ikan yang tertangkap. Disamping itu bentuk alat tangkap Pukat Hela dirancang secara khusus sehingga memiliki sayap yang menggiring target tangkapan ke arah mulut jaring atau mencegah ikan lari kearah samping (sisi kiri dan kanan alat tangkap).

Gambar 3. Pengoperasian Pukat Hela Pertengahan

Gambar 4. Pengoperasian Pukat Hela Dasar

1. Penurunan Pukat Hela (shooting)

Penurunan Pukat Hela dilakukan dari buritan perahu/kapal dan perahu/kapal bergerak maju dengan bantuan atau perantaraan tali selambar. Panjang tali selambar disesuaikan dengan kedalaman perairan dan kecepatan hela. Penggunaan tali selambar dan pengaturan kecepatan hela dengan tujuan untuk mengatur kedalaman Pukat Hela agar dapat menyelusuri dasar perairan.

2. Penghelaan Pukat Hela (towing)

Penghelaan Pukat Hela dilakukan di belakang perahu/kapal yang sedang berjalan sehingga Pukat Hela menyelusuri dasar perairan dengan mengikatkan tali selambar pada buritan perahu/kapal. Penghelaan pukat selama 1-2 jam operasi dengan kecepatan hela sekitar 1-2 knot.

3. Pengangkatan Pukat Hela (hauling)

Pengangkatan Pukat Hela dilakukan dari buritan atau sisi lambung perahu/kapal dengan menarik tali selambar. Setelah tali selambar ditarik, kemudian Pukat Hela diangkat ke atas geladak kapal/perahu.


Gambar 5. Pengoperasian Pukat Hela

J. Hasil Tangkapan

Hasil tangkapan ikan dengan Pukat Hela adalah hampir sama dengan alat tangkap yang sejenis seperti pukat udang dan fish net yaitu : berbagai jenis udang, gulamah, kakap, bawal hitam, bawal putih, layur, molusca, betek, beloso, kurisi, kerong-kerong, dan gerot-gerot, kuwe, selar, manyung, cucut, kembung, biji nangkah, pisang-pisang, golok-golok, cumi-cumi, kacangan, senangin, beloso, sardine serta ikan lainnya.


Jumat, 26 November 2010


KONSTUKSI ALAT TANGKAP TRAWL
















COVER

KONSTRUKSI AT TRAWL






















* HAL YANG MEMPENGARUHI KEGAGALAN TANGKAPAN

Pada saat operasi, dapat terjadi hal-hal yang dapat menggagalkan operasi antara lain:

Ø Warp terlalu panjang atau speed terlalu lambat atau juga hal lain maka jaring akan mengeruk Lumpur

Ø Jaring tersangkut pada karang / bangkai kapal

Ø Jaring atau tali temali tergulung pada screw

Ø Warp putus

Ø Otterboat tidak bekerja dengan baik, misalnya terbenam pada lmpur pada waktu permulaan penarikan dilakukan

Ø Hilang keseimbangan, misalnya otterboat yang sepihak bergerak ke arah pihak yang lainnya lalu tergulung ke jaring

Ø Ubur-ubur, kerang-kerangan dan lain-lain penuh masuk ke dalam jaring, hingga cod end tak mungkin diisi ikan lagi.

Rabu, 24 November 2010

macam-macam blok

tripel.

Ilmu meteorologi atau ilmu cuaca

Ilmu meteorologi atau ilmu cuaca ialah ilmu pengetahuan yang mempelajari berbagai gejala dan peristiwa dalam atmosfer (lapisan udara) yang mengelilingi bumi. Ada beberapa cabang ilmu meteorologi dapat diketahui antara lain :

  1. Klimatologi ialah ilmu pengetahuan yang mempelajari keadaan cuaca secara umum.
  2. Meteorologi Synoptik ialah ilmu pengetahuan yang mempelajari keadaan cuaca yang digambarkan pada suatu peta, yang kemudian dipakai dasar untuk dapat menerangkan perkembangan cuaca pada
    waktu mendatang.
  3. Meteorologi penerbangan ialah ilmu pengetahuan yang mempelajari keadaan cuaca untuk keperluan pelayanan informasi penerbangan.
  4. Meteorologi Maritime ialah ilmu pengetahuan yang mempelajari keadaan cuaca diatas laut untuk keperluan pelayanan informasi maritim.
  5. Meteorologi pertanian ialah ilmu pengetahuan yang mempelajari keadaan cuaca untuk keperluan pelayanan informasi pertanian.
  6. Aerologi ialah ilmu pengetahuan yang mempelajari keadaan cuaca
    pada lapisan tingkat atas.

Narkotika san jenis-jenisnya

Narkotika berasal dari bahasa Inggris “narcotics” yang artinya obat bius. Narkotika adalah bahan yang berasal dari 3 jenis tanaman Papaper Somniferum (Candu), Erythroxyion coca (kokain), dan cannabis sativa (ganja) baik murni maupun bentuk campuran. Cara kerjanya mempengaruhi susunan syaraf yang dapat membuat kita tidak merasakan apa-apa, bahkan bila bagian tubuh kita disakiti sekalipun. Jenis-jenisnya adalah:

- Ganja atau Cannabis (kanabis) atau Marijuana/Marihuana/Mariyuana

- Heroin atau Putaw

- Morfin

- Kokain

- Opium atau Opioid atau Opiat atau Candu

- Codein atau Kodein

- Methadone (MTD)

- LSD atau Lysergic Acid atau Acid atau Trips atau Tabs

- PC

- mescalin

- barbiturat

- Demerol atau Petidin atau Pethidina

- Dektropropoksiven

- Hashish (Berbentuk tepung dan warnanya hitam. Ia dinikmati dengan cara diisap atau dimakan. Narkotika jenis yang kedua ini dikatakan agak tidak berbahaya hanya karena jarang membawa kematian)

Psikotropika

Psikotropika adalah bahan lain yang tidak mengandung narkotika, merupakan zat buatan atau hasil rekayasa yang dibuat dengan mengatur struktur kimia. Mempengaruhi atau mengubah keadaan mental dan tingkah laku pemakainya. Jenis-jenisnya adalah:

- Ekstasi atau Inex atau Metamphetamines

- Demerol

- Speed

- Angel Dust

- Shabu-shabu (Sabu/Syabu/ICE)

- Sedatif-Hipnotik (Benzodiazepin/BDZ), BK, Lexo, MG, Rohip, Dum

- Megadon

- Nipam

Pengertian zat adiktif

Zat aditif adalah zat-zat yang ditambahkan pada makanan selama proses produksi, pengemasan atau penyimpanan untuk maksud tertentu. Penambahan zat aditif dalam makanan berdasarkan pertimbangan agar mutu dan kestabilan makanan tetap terjaga dan untuk mempertahankan nilai gizi yang mungkin rusak atau hilang selama proses pengolahan.

Pada awalnya zat-zat aditif tersebut berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan yang selanjutnya disebut zat aditif alami. Umumnya zat aditif alami tidak menimbulkan efek samping yang membahayakan kesehatan manusia. Akan tetapi, jumlah penduduk bumi yang makin bertambah menuntut jumlah makanan yang lebih besar sehingga zat aditif alami tidak mencukupi lagi. Oleh karena itu, industri makanan memproduksi makanan yang memakai zat aditif buatan (sintesis). Bahan baku pembuatannya adalah dari zat-zat kimia yang kemudian direaksikan. Zat aditif sintesis yang berlebihan dapat menimbulkan beberapa efek samping misalnya: gatal-gatal, dan kanker.

Macam-macam Zat Aditif

  1. Zat Pewarna

Adalah bahan yang dapat memberi warna pada makanan, sehingga makanan tersebut lebih menarik.

Contoh pewarna alami: Contoh pewarna sintetik:

a. Anato (orange) a. Biru berlian (biru)

b. Karamel (cokelat hitam) b. Coklat HT (coklat)

c. Beta karoten (kuning) c. Eritrosit (merah)

d. Klorofil (hijau) d. Hijau FCF (hijau)

  1. Penyedap rasa dan aroma serta penguat rasa

Zat aditif ini dapat memberikan, menambah, mempertegas rasa dan aroma makanan.

    1. Penyedap rasa dan aroma (flavour)

Penyedap rasa dan aroma yang banyak digunakan berasal dari golongan ester.

Contoh: Isoamil asetat (rasa pisang), isoamil valerat (rasa apel), butil butirat (rasa nanas), isobutil propionat (rasa rum)

    1. Penguat rasa (flavour echancer)

Bahan penguat rasa atau penyedap makanan yang paling banyak digunakan adalah MSG (Monosodium Glutamate) yang sehari-hari dikenak dengan nama vetsin.

    1. Zat pemanis buatan

Bahan ini tidak atau hampir tidak mempunyai nilai gizi, contohnya sakarin (kemanisannya 500x gula), dulsin (kemanisannya 250x gula), dan natrium siklamat (kemanisannya 50x gula) dan serbitol.

Maling kundang


Pada suatu waktu, ada sebuah keluarga nelayan di pesisir pantai wilayah Sumatera Barat. Karena kondisi keuangan keluarga memprihatinkan, sang Ayah memutuskan untuk mencari nafkah di negeri seberang dengan mengarungi lautan yang luas. Ayah Malin tidak pernah kembali ke kampung halamannya sehingga ibunya harus menggantikan posisi ayah Malin untuk mencari nafkah.

Malin termasuk anak yang cerdas tetapi sedikit nakal. Ia sering mengejar ayam dan memukulnya dengan sapu. Suatu hari ketika Malin sedang mengejar ayam, ia tersandung batu dan lengan kanannya luka terkena batu. Luka tersebut menjadi berbekas dilengannya dan tidak bisa hilang.

Karena merasa kasihan dengan ibunya yang banting tulang mencari nafkah untuk membesarkan dirinya. Malin memutuskan untuk pergi merantau agar dapat menjadi kaya raya setelah kembali ke kampung halaman kelak.

Awalnya Ibu Malin Kundang kurang setuju, mengingat suaminya juga tidak pernah kembali setelah pergi merantau tetapi Malin tetap bersikeras sehingga akhirnya dia rela melepas Malin pergi merantau dengan menumpang kapal seorang saudagar. Selama berada di kapal, Malin Kundang banyak belajar tentang ilmu pelayaran pada anak buah kapal yang sudah berpengalaman.

Di tengah perjalanan, tiba-tiba kapal yang dinaiki Malin Kundang di serang oleh bajak laut. Semua barang dagangan para pedagang yang berada di kapal dirampas oleh bajak laut. Bahkan sebagian besar awak kapal dan orang yang berada di kapal tersebut dibunuh oleh para bajak laut. Malin Kundang beruntung, dia sempat bersembunyi di sebuah ruang kecil yang tertutup oleh kayu sehingga tidak dibunuh oleh para bajak laut.

Malin Kundang terkatung-katung ditengah laut, hingga akhirnya kapal yang ditumpanginya terdampar di sebuah pantai. Dengan tenaga yang tersisa, Malin Kundang berjalan menuju ke desa yang terdekat dari pantai. Desa tempat Malin terdampar adalah desa yang sangat subur. Dengan keuletan dan kegigihannya dalam bekerja, Malin lama kelamaan berhasil menjadi seorang yang kaya raya. Ia memiliki banyak kapal dagang dengan anak buah yang jumlahnya lebih dari 100 orang. Setelah menjadi kaya raya, Malin Kundang mempersunting seorang gadis untuk menjadi istrinya.

Berita Malin Kundang yang telah menjadi kaya raya dan telah menikah sampai juga kepada ibu Malin Kundang. Ibu Malin Kundang merasa bersyukur dan sangat gembira anaknya telah berhasil. Sejak saat itu, ibu Malin setiap hari pergi ke dermaga, menantikan anaknya yang mungkin pulang ke kampung halamannya.

Setelah beberapa lama menikah, Malin dan istrinya melakukan pelayaran disertai anak buah kapal serta pengawalnya yang banyak. Ibu Malin yang melihat kedatangan kapal itu ke dermaga melihat ada dua orang yang sedang berdiri di atas geladak kapal. Ia yakin kalau yang sedang berdiri itu adalah anaknya, Malin Kundang beserta istrinya.

Ibu Malin pun menuju ke arah kapal. Setelah cukup dekat, ibunya melihat bekas luka dilengan kanan orang tersebut, semakin yakinlah ibunya bahwa yang ia dekati adalah Malin Kundang. "Malin Kundang, anakku, mengapa kau pergi begitu lama tanpa mengirimkan kabar?", katanya sambil memeluk Malin Kundang. Tetapi melihat wanita tua yang berpakaian lusuh dan kotor memeluknya, Malin Kundang menjadi marah meskipun ia mengetahui bahwa wanita tua itu adalah ibunya, karena dia malu bila hal ini diketahui oleh istrinya dan juga anak buahnya.

Mendapat perlakukan seperti itu dari anaknya, ibu Malin Kundang sangat marah. Ia tidak menduga anaknya menjadi anak durhaka. Karena kemarahannya yang memuncak, ibu Malin menyumpahkan anaknya, "Oh Tuhan, kalau benar ia anakku, aku sumpahi dia menjadi sebuah batu".

Tidak berapa lama kemudian Malin Kundang kembali pergi berlayar dan di tengah perjalanan datang badai dahsyat menghancurkan kapal Malin Kundang. Setelah itu tubuh Malin Kundang perlahan menjadi kaku dan lama-kelamaan akhirnya berbentuk menjadi sebuah batu karang. Sampai saat ini Batu Malin Kundang masih dapat dilihat di sebuah pantai bernama pantai Aia Manih, di selatan kota Padang,, Sumatera Barat.